Senin, 08 September 2014

Petani Tambak di Konawe Meradang

Kendari, Metropol - Ratusan  Petani Tambak di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Sultra terpaksa harus menelan pil pahit setelah tambak-tambak mereka yang berisi Udang dan Ikan mengalami gagal panen. Salah seorang petani yang bernama  Suharto  kepada Metropol mengatakan selama satu tahun terakhir ini dirinya sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena hasil tambak yang dikelolanya tidak dapat diandalkan.

Dirinya mengakui, sebelumnya tambak yang dia kelola, produksinya bisa  mencapai 1 ton/ha/tahun. Saat Metropol menyaksikan langsung panen tambak Suharto yang luasnya 4 Ha pekan lalu, hasilnya sangat memprihatinkan, karena jumlahnya tidak mencapai 10 Kg. Yang lebih menyedihkan lagi adalah ikan-ikan tersebut telah dipelihara selama lebih dari 1 tahun dan ukurannya jauh dari pertumbuhan normal. "Hanya begitu hasilnya karena airnya jelek," kata Suharto. 

Menurut Suharto tambaknya adalah tambak air payau, namun saat ini susah mendapatkan air payau setelah banjir 1 tahun lalu, dan air yang didalam tambaknya adalah air tawar. Selain air didalam tambak berubah tawar, warna air juga menjadi kuning kemerahan karena akibat pengikisan tanah (erosi) dari daerah yang lebih tinggi.  "Sudah hampir satu tahun saya tidak bisa apa-apa sejak banjir tahun lalu," katanya dengan parau. 

Senada dengan Suharto, H. Serang Warga Desa Tondowatu Kecamatan Motui Kabupaten Konawe Utara kepada Metropol mengatakan, kalau dirinya mengalami kerugian ratusan juta rupiah akibat gagal panen. "Saya rugi sekitar 260 juta," kata H. Serang.  

Dia juga merasa heran dengan kondisi air yang masih tawar dan berwarna kemerahan. Dugaan warga dikedua kabupaten tersebut adalah karena adanya aktifitas Pertambangan yang tidak ramah lingkungan. Menyikapi hal tersebut, Muhammad Irwan Ode Arwaha  aktifis LSM Lingkungan di Sultra mengatakan, telah terjadi proses sedimentasi yang cukup signifikan di daerah tersebut. Namun dirinya akan melakukan kajian mendalam terkait sedimentasi didaerah tersebut. "Kami akan melakukan kajian apakah sedimentasi tersebut disebabkan oleh aktifitas pertambangan atau bukan," tegas Irwan. (Tim Metropol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar