Jumat, 19 September 2014

Kepala Sekolah Sukorejo 01 Semi Preman

Jember, Metropol - Adanya permasalahan di SD Sukorejo 01 Kecamatan Bangsalsari Desa Sukorejo Kabupaten Jember sangat tidak menyenangkan bagi guru sokwan dan PNS di karenakan Kepala sekolah tidak transparan mengenai dana yang di embat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kejadian ini sangat lama sekali, tapi pihak guru sangat takut dengan Kepala Sekolah untuk menegurnya. 

Menurut informasi dari narasumber yang di himpun wartawan Metropol sangatlah positif.  Kepala Sekolah. Sutresno yang beralamat Rowotamtu Kecamatan Rambipuji ini sangat valid sekali mengenai dana Negara yang di selewengkan, apalagi tim Metropol juga mendapat aduan dari para guru yang tidak pro ke Kepala Sekolah membeberkan semua tindak-tanduk Kepala Sekolah yang ugal-ugalan dan seenaknya sendiri tanpa pikir panjang, akibatnya semua wartawan yang datang di kantor Kepala Sekolah SD Sukorejo 01 untuk konfirmasi selalu di bohongi, dengan sumpah-sumpah palsu.

Bukti dilapangan sangat akurat sekali, tapi Kepala Sekolah tetap dengan pendiriannya dan para guru siap jadi saksi bila permasalahan ini di bawa ke Pengadilan Negeri atau di laporkan ke Mapolres Jember, untuk di usut/di pertanggungjawabkan.

Penjaga sekolah (waker) membuka kebusukan kepala sekolah, “kalau saya mas benar- benar di gaji 100 ribu rupiah, tapi harus di akui 200 ribu rupiah itu memang perintah atasan saya mas,” kata waker yang tidak mau di sebutkan namanya. 

“Sisa pasir, batu, kayu, semen, kapur, semua di angkut di bawa kerumahnya untuk garasi mobil dan semua masyarakat tahu kalau barang material di angkut mas,” imbuh waker.

“Dana DAK yang turun untuk bangunan tahun 2013 belum selesai mas, gimana mau maju sekolah kita, kalau atasan semi mafia,” kata salah satu guru kepada wartawan.

Semua ini hanya rekayasa Kepala Sekolah mas, “kepala sekolah tidak punya etika kan lucu mas, seharusnya kasih contoh yang baik, kok malah ngajari korupsi. Kepala sekolah yang arogan dan banyak sekali permasalahan-permasalahan yang belum di ketahui pihak Diknas, dan guru-guru di ancam untuk tidak di ajukan Sertifikasi,” ungkap para guru yang kesal dengan kepala sek
olah.

Bangunan perpustakaan yang seharusnya selesai sampai sekarang belum selesai, masalahnya setiap dana yang turun, Kepala Sekolah ambil Rp 5 juta setiap bulan, itupun tidak diberitahu untuk keperluan apa.

Apapun itu, Kepala Sekolah harus bertanggungjawab dengan kata-kata yang di sampaikan kepada semua guru. Saat di tegur pengawas Kepala Sekolah hannya menundukkan kepala, “kamu itu salah, masalah dana yang kamu ambil tidak transparan, apalagi sisa-sisa bahan bangunan kamu bawa pulang,” ujar pengawas.

Kepala Sekolah berani memalsukan tanda tangan para guru dan waker/mandor dan Kepala Sekolah sendiri menggelembungkan jumlah murid dari tahun 2011 Juli - Juli 2014. Yang tadinya jumlah murid 394 di gelembungkan menjadi 418. Sedangkan murid dapat Dana Bos 48.000  rupiah, itukan tidak wajar dan sisa buku masih banyak tidak terpakai, “terus mau jadi apa pendidikan kalau gini,” ungkap guru yang lain. (Andik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar