Selasa, 05 Agustus 2014

PLN Babel Byarpet Mafia Solar Ikut Bermain

Pangkalpinang, Metropol - Dengan semangat otonomi daerah yang diusung oleh pemerintahan provinsi kepulauan Bangka Belitung, maka mulai  tahun 2011 telah dilakukan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di dua tempat berbeda di Babel. Yang pertama adalah pembangkit listrik tenaga uap Air Sijuk di kabupaten Belitung berkekuatan 11 MW. Dan diperkirakan akan selesai pada kuartal pertama tahun 2014 yang akan datang.

Walaupun dalam kenyataan yang sesungguhnya, malah molor. Dan menjadi beban anggaran belanja daerah. Karena secara ekonomis kerugian akibat PLN yang sering byarrpet ini, dapatlah dibuat secara matematis sederhana. Umpama anda adalah seorang pengusaha rumah makan.Dengan kondisi seperti sekarang, dimana listrik masih menjadi sesuatu yang mewah. Maka saat rumah makan yang anda buka hanya diterangi oleh cahaya lilin, dipastikan pelanggan akan enggan untuk sekedar mampir. Jika kita memaksa untuk membeli genset, di sisi satunya tidak sesuai dengan pemasukan yang diperoleh dari minimnya pelanggan yang terkadang fluktuatif.

Keadaan carut-marut kelistrikan di Bangka Belitung ini, sejatinya harus mendapat penanganan serius.Baik dari pemerintah pusat sebagai regulator. Ataupun, pemerintahan daerah sebagai eksekutor. Karena sebagai informasi, kedua PLTU ini menelan biaya sebesar Rp 922,9 miliar yang berasal dari kucuran APBN pusat dan APBD setempat.

Untuk PLTU yang kedua adalah, PLTU Air Anyir yang berlokasi di dekat RSUP Malaria Provinsi. PLTU ini berkekuatan sebesar 30 MW. Dan di proyeksikan dapat menyediakan pasokan energy untuk 4 Kabupaten dan 1 kotamadya. Sekedar catatan, dua tahun lalu pihak DPR menyetujui usulan pemerintah mengalokasikan dana subsidi untuk listrik untuk PLN di Januari  2013 kemarin, sebesar Rp 78,63 triliun.

Hitungan subsidi ini diperoleh karena  tingkat konsumsi BBM tiap tahun di Bangka Belitung juga mengalami peningkatan.Dengan demikian, konsumsi bbm PLN yang tiap tahun mengalami kenaikan.
Lalu, bagaimana halnya dengan pembangkit diesel yang masih jadi andalan di Bangka Belitung? Kecenderungan yang terjadi disini salah satunya adalah sering padamnya aliran listrik ke pelanggan. Yang bermuara pada tingginya kuota bbm untuk memenuhi kerongkongan mesin diesel PLTD yang ada di Bangka. Bahkan menurut salah satu sumber yang tak dapat disebutkan disini, ada kemungkinan suplai BBM disini juga turut dimanipulasi sedemikian rupa untuk kepentingan mafia timah.

Karena kalau hitungan secara makro dua tahun lalu saja dijadikan patokan. Maka sudah sepantasnya faktor penghambat aliran energy ini dapat diminimalisir. Alokasi subsidi demikian besar, suplai BBM malah menunjukan grafik menanjak, jadi apa sebenarnya yang salah? Seharusnya kan malah mengalami penurunan. Dikarenakan ada subsidi dari pemerintah pusat untuk mengatasi pasokan daya listrik dan dibangunnya beberapa PLTU yang menopang kinerja elektrifikasi. Mari kita berandai-andai ala hitungan orang awam.

Kalau dalam 1 jam beroperasi sebuah PLTD ataupun genset yang disewa tadi memerlukan konsumsi 100 liter solar.Maka dalam sehari semalam akan keluar angka 2,4 Ton solar yang dibutuhkan. Di sisi lain, jika saja mafia tambang tadi turut bermain, maka hitungannya adalah, mati lampu dalam sehari di provinsi Bangka Belitung selama 2 jam dikalikan 20 hari kerja dalam sebulan, maka solar yang diduga mengalir keluar wilayah kerja PLN adalah 0,4 ton solar dalam sebulan.Angka ini berlaku untuk satu PLTD ataupun satu genset.

Bagaimana  halnya dengan wilayah dalam satu provinsi? Jawabnya adalah,  mafia timah tadi akan mendapatkan selisih harga solar industry dan membeli dengan harga solar subsidi yang lumayan besar dan berlipat-lipat. Ini ditilik dari segi penghematan modal untuk membeli BBM sebagai salah satu darah usaha Timah illegal. Karena di sisi keluhan pelangan, banyak fakta di lapangan menyebutkan, saat call centre 123 dihubungi oleh pelanggan yang kesal dengan ulah byar-pett tadi, PLN justru membuka aibnya secara tidak sadar.

Sebagai contoh, pelanggan disini jika menghubungi shortcut 123 pusat, akan serta merta di alihkan ke  PLN wilayah Babel. Jika sudah demikian maka jawaban ganjil dan klise akan mengalun merdu di telinga pelanggan yang kesal tadi. Perbaikan jaringan,genset yang rusak, kabel tertimpa pohon, sampai keterlambatan pasokan BBM juga dimasukan sebagai daftar buang badan BUMN ini. Keadaan stagnan yang menyedihkan ini sudah berlangsung cukup lama dan membosankan. (L. Hakim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar