Enrekang, Metropol - Kapolres Enrekang AKBP Ika Waskita, SH, MH. menerima para mahasiswa pendemo yang pro dan kontra terhadap penanganan kasus illegal loging yang melibatkan Ketua DPRD Kabupaten Enrekang Drs. Andi Natsir, Msi sebagai tersangka.
Gerakan aktivis Mahasiswa Pencinta Alam (GAM PALA) yang dikomandoi oleh Hasri Jack pada dasarnya meminta penjelasan kepada Badan Kehormatan atas tindakan yang diambil terhadap Ketua DPRD yang telah melakukan pembalakan liar kawasan hutan lindung di Desa Tuncung Kecamatan Maiwa. Disamping itu GAM PALA juga meminta kepada Kapolres untuk segera melakukan penahanan terhadap Andi Natsir.
Selang beberapa hari Polres Enrekang kembali dipenuhi oleh pendemo yang menamakan dirinya Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Pemerhati Hukum yang dipimpin oleh Dzenal Castro justru menantang Kapolres untuk menghentikan proses hukum terhadap Andi Natsir yang menurut mereka kesannya dipaksakan. Pengunjuk rasa yang pro terhadap Andi Natsir dan dalam orasinya menghujat habis dan bahkan terkesan menghina institusi kepolisian ini tidak diberi kesempatan sedikitpun memasuki Mako Polres.
Kapolres Enrekang yang menyaksikan langsung aksi demo, kemudian menerima beberapa orang perwakilan untuk diberikan penjelasan. Kapolres mengatakan bahwa kasus illegal loging yang melibatkan Ketua DPRD ini proses hukumnya sudah sesuai dengan aturan. Tidak ada unsur politik apalagi dikait-kaitkan dengan salah satu tim penyidik yang menangani kasus ini yakni Bripka Hermawan, SH. Karena ada dendam masa lalu. Disamping itu Kapolres Enrekang juga menjelaskan bahwa para penyidik yang memeriksa kasus ini adalah orang-orang terbaik di Polres Enrekang. Oleh karena itu Kapolres meminta kepada para pengunjuk rasa untuk mengawal proses hukum ini hingga titik akhir.
Bisa dari unjuk rasa ini, salah seorang tokoh Masyarakat dan tokoh pendidik Drs. Muslimin, justru menilai orasi para Mahasiswa sudah kelewat batas. Orasinya yang berkesan begitu kasar seolah tidak menghargai orang disekelilingnya bahkan institusi yang dihadapinya. Sadar atau tidak, Mahasiswa adalah manusia intelek yang seharusnya menghargai lembaga yang diwakilinya, meskipun memang kita harus berontak atas ketimpangan yang terjadi tetapi tidak harus mengabaikan etika dan sopan santun dalam menyampaikan Orasi. “Kata pelacur, anjing dan kata-kata kotor lainnya tidaklah pantas keluar dari mulut orang yang berilmu dan bermartabat,” ujar Muslimin, (Sry YN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar