PINRANG, METROPOL – (01/06)
Mungkin karena pentingnya untuk membebaskan masyarakat nelayan di desa Ujung Lero Kec. Suppa dari keterkungkungan akibat ulah para kapitalis, warga nelayan Ujung Lero bagaikan sapi perah sehingga Bupati Pinrang H. A. Aslam Patonangi SH, M.Si mengundang para Aktivis LSM yang ada di daerah ini. Tepatnya pada hari selasa 24 mei 2011 bertempat di pendopo rumah jabatan Bupati Pinrang. Meski molor satu jam, acara dapat di laksanakan setelah jam menunjukkan pukul 20.30 wita, sebabnya Bupati Aslam Patonangi masih tidur lelap karena kelelahan setelah mendampingi Anggota DPRD Provinsi Sul-Sel dari komisi D.
Dalam sambutannya Aslam Patonangi tak lupa menyampaikan maafnya pada Aktivis LSM yang hadir pada saat itu, Aslam mengatakan “Ah..! saya minta maaf ini karena saya tertidur ,”katanya.
Di tengah berlangsungnya acara malam itu, Aslam meminta kepada LSM yang ada di daerah ini agar bersatu untuk “mengeroyok“ para kapitalis yang ada di Ujung Lero karena kelakuan kapitalis tersebut sudah sangat meresahkan nelayan yang ada di daerah itu “saya harap kepada saudara–saudara LSM bersatu mengeroyok kapitalis yang di maksud ,”ujarnya.
Lanjut Bupati, “saya prihatin dengan adanya ulah segelintir oknum yang tega membuat warga yang bekerja sebagai nelayan dan tidak bisa menghasilan apa-apa karena para nelayan tersebut, setelah pulang dari melaut dan setiap penghasilan yang didapatkan hanya digunakan untuk membayar utang terhadap juragan kapitalis yang berperan sebagai penampung ikan yang diperoleh dari para nelayan. Permasalahan itu terjadi karena, para tengkulak itu yang menggunakan kelicikan-nya solah-olah menjadi dewa penolong namun kenyataan-nya tengkulak itu selayaknya disebut sebagai penodong atau kaum kapitalis. Ironis memang kalau bangsa ini sudah dinyatakan merdeka sejak tahun 1945 namun kini masih ada masyarakat yang merasakan.
Hal-hal yang berbau penjajahan sebagaimana yang terjadi di Ujung Lero. Yang lebih anehnya lagi ketika hal itu terjadi namun seorang kepala daerah bukan-nya mengabil sikap untuk menggunakan kewenangan-nya sebagai pemegang kebijakan tertinggi di suatu daerah, Bupati justru sibuk mengumpulkan LSM untuk melakukan pengeroyokan terhadap kapitalis dimaksud karna, apalah artinya LSM ketimbang kekuatan yang dimiliki oleh seorang Bupati ,”kata salah seorang anggota LSM yang tidak ingin disebut namanya. (Siti/Saleh Ar.)
Mungkin karena pentingnya untuk membebaskan masyarakat nelayan di desa Ujung Lero Kec. Suppa dari keterkungkungan akibat ulah para kapitalis, warga nelayan Ujung Lero bagaikan sapi perah sehingga Bupati Pinrang H. A. Aslam Patonangi SH, M.Si mengundang para Aktivis LSM yang ada di daerah ini. Tepatnya pada hari selasa 24 mei 2011 bertempat di pendopo rumah jabatan Bupati Pinrang. Meski molor satu jam, acara dapat di laksanakan setelah jam menunjukkan pukul 20.30 wita, sebabnya Bupati Aslam Patonangi masih tidur lelap karena kelelahan setelah mendampingi Anggota DPRD Provinsi Sul-Sel dari komisi D.
Dalam sambutannya Aslam Patonangi tak lupa menyampaikan maafnya pada Aktivis LSM yang hadir pada saat itu, Aslam mengatakan “Ah..! saya minta maaf ini karena saya tertidur ,”katanya.
Di tengah berlangsungnya acara malam itu, Aslam meminta kepada LSM yang ada di daerah ini agar bersatu untuk “mengeroyok“ para kapitalis yang ada di Ujung Lero karena kelakuan kapitalis tersebut sudah sangat meresahkan nelayan yang ada di daerah itu “saya harap kepada saudara–saudara LSM bersatu mengeroyok kapitalis yang di maksud ,”ujarnya.
Lanjut Bupati, “saya prihatin dengan adanya ulah segelintir oknum yang tega membuat warga yang bekerja sebagai nelayan dan tidak bisa menghasilan apa-apa karena para nelayan tersebut, setelah pulang dari melaut dan setiap penghasilan yang didapatkan hanya digunakan untuk membayar utang terhadap juragan kapitalis yang berperan sebagai penampung ikan yang diperoleh dari para nelayan. Permasalahan itu terjadi karena, para tengkulak itu yang menggunakan kelicikan-nya solah-olah menjadi dewa penolong namun kenyataan-nya tengkulak itu selayaknya disebut sebagai penodong atau kaum kapitalis. Ironis memang kalau bangsa ini sudah dinyatakan merdeka sejak tahun 1945 namun kini masih ada masyarakat yang merasakan.
Hal-hal yang berbau penjajahan sebagaimana yang terjadi di Ujung Lero. Yang lebih anehnya lagi ketika hal itu terjadi namun seorang kepala daerah bukan-nya mengabil sikap untuk menggunakan kewenangan-nya sebagai pemegang kebijakan tertinggi di suatu daerah, Bupati justru sibuk mengumpulkan LSM untuk melakukan pengeroyokan terhadap kapitalis dimaksud karna, apalah artinya LSM ketimbang kekuatan yang dimiliki oleh seorang Bupati ,”kata salah seorang anggota LSM yang tidak ingin disebut namanya. (Siti/Saleh Ar.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar