Selasa, 05 Agustus 2014

Sanggar Becak (Betawi Cakung) Peringati Ulang Tahun Jakarta Ke 487 Tahun di Ruang Publik

Jakarta, Metropol - Menyambut Hari Ulang Tahun Jakarta yang ke 487 tahun, Sanggar Betawi Cakung Jakarta Timur (BECAK) pimpinan Surya Atmadja MP atau yang lebih di kenal suhu Jaja ini, bekerja sama dengan Forum Betawi Rempug (FBR), menggelar acara di ruang publik untuk memperkenalkan kesenian budaya dan peninggalan benda bersejarah Cakung Jakarta Timur tempo dulu. Acara di hadiri artis Ibu Kota Urip Arpan, Bang Maksum, Kasudin Kebudayaan Jakarta Timur, Drs Husnizon Nizar MSI, Camat Cakung Ali Murtado, Wakil Lurah Cakung Barat Santi, Kapolsek Metro Cakung, Kompol Liliek Iriyanto SIk, tokoh masyarakat  KH Lutfi Hakim MA, Manajemen PT KMI Ining Sujana, tokoh agama dan masyarakat kurang lebih 250 orang yang hadir.

Dalam sambutannya, Surya Atmadja MP  sebagai pimpinan sanggar Betawi Cakung (BECAK), sekaligus sebagai tokoh sejarah Cakung memperkenalkan kepada masyarakat dan tamu undangan yang hadir. Kesenian budaya dan peninggalan sejarah Cakung yaitu, Golok Cha-Kung. Golok ini di katakan, buatan abad ke-13 M dan pembuatnya adalah Laksamana Sampo Lo Khoei Kian atau Aki Rakeyan Jaya Laksana, atau di sebut juga Aki Cha-Kung yang berasal dari Monggolia.

Selain itu masih banyak lagi benda dan kesenian-kesenian bersejarah lainnya. Seperti kesenian kesenian Betawi misalnya. Diantaranya, Lenong Betawi, topeng Banjet, Gambang Keromong dan masih banyak yang lainnya. Tetapi mereka sudah tidak begitu dikenal masyarakatnya. Apa lagi pada Generasi sekarang ini. Generasi mudanya sudah kurang mengenal lagi dengan kesenian kesenian daerah.

Mereka lebih memilih kesenian yang datang dari negara barat, mengapa generasi muda kurang mengenalnya. Dikarenakan tempat yang memiliki tanah lapang sudah tidak ada lagi, karena sudah menjadi rumah-rumah kontrakan, pabrik, mall dan lain sebagainya. Jadi sudah tiada lagi lahan yang dapat didirikan panggung pagelaran untuk mereka bermain melakukan pertunjukan, jadi wajar saja kalau generasi muda kurang mengenal kesenian tradisional Indonesia. “Disamping itu nasib mereka kurang mendapat perhatian dari pemerintah,” tuturnya. (Deni M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar