Jakarta, Metropol.
Dewasa ini, siapa yang menguasai informasi. Niscaya dia akan Berjaya. Dan, perlu dipahami bahwa manusia modern diatur oleh informasi. Jadi sebagai kuli disket (wartawan) maka kita dituntut untuk menguasai informasi agar kita tidak mengalami ketertinggalan.
Hampir semua orang yang mendengar ungkapan tersebut percaya akan kebenarannya. Dan ini memang bukan omong -kosong, realis telah memberikan bukti di sepanjang sejarah manusia. Seseorang yang memiliki informasi selalu memenangkan atau menguasai setiap kesempatan yang ada, ungkap Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Wilson Lalengke ketika membawakan makalah tentang jurnalisme warga & pengenalan PPWI pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan jurnaliseme bagi wartawan News Metropol. Berlangsung di Hotel Jayakarta – Jakarta, Kamis (27/3), diikuti perwakilan dari 14 Provinsi dan 51 Kabupaten/Kota se Indonesia dengan tema “Mengoptimalkan Jurnalis Sebagai Profesi”.
Peran informasi menurut Wilson Lalengke, sesederhana apapun bentuk dan sistem informasi itu adanya, tidak pelak merupakan penentu keberhasilan usaha apapun yang dilakukan setiap orang. Kemenangan dan kegagalan dalam sebuah peperangan amat ditentukan oleh kehandalan agen spionase dan intelijen yang tugas utamanya mengumpulkan informasi dari musuh masing-masing pihak yang bertikai.
Kemajuan penjualan produk sebuah perusahaan, yang menjadi tumpuan mati-hidupnya perusahaan itu, sangat tergantung kepada peran promosi dan iklan yang tidak lain berisi informasi tentang produk dan proses menginformasikannya kepada calon konsumen.
Secara mutlak pula, “sifat jahat” media massa menjadi alat penghancur manusia dan kebudayaannya. Peristiwa Mbah Priok dan Kerusuhan Kosambi di seputaran Ibukota Jakarta beberapa waktu lalu, menurut Ketua Umum PPWI, adalah dua contoh kasus saja yang masih segar di ingatan warga masyarakat sebagai akibat buruk dari publikasi informasi melalui media massa.
Tayangan langsung tindakan brutal “oknum” Satuan Pamong Praja (Satpol-PP) terhadap beberapa orang warga telah memicu eskalasi puluhan ribu massa berbondong-bondong ke lokasi kejadian untuk menumpahkan rasa amarah sebagai respon atas informasi yang mereka terima.
“Reaksi public”, atas setiap informasi yang disajikan media massa adalah kata kunci yang harus menjadi landasan berpijak dalam membedah persoalan publikasi dan media massa. Suatu informasi dan sumber yang sama akan direspon secara berbeda oleh masyarakat dari daerah/Negara yang berbeda. Reaksi masyarakat juga selalu berbeda disebabkan faktor kedekatan warga dengan substansi informasi yang disampaikan media massa. Misalnya reaksi masyarakat Indonesia cenderung reaktif dibandingkan dengan masyarakat Philipina atau Thailand ketika merespon informasi tentang konflik yang terjadi di palestina. Hal ini lebih disebabkan oleh kedekatan emosional antara penerima informasi di Indonesia yang mayoritas muslim (notabene) mempunyai hubugan erat dengan negeri Arab – dibandingkan dengan pembaca dari wilayah lain yang penduduknya mayoritas non-muslim.
Fakta disepanjang sejarah membuktikan bahwa penikmat manfaat terbesar dari kehadiran media massa umumnya terbatas kepada para pemegang kepentingan di balik penyebaran informasi yang termuat didalamnya. Secara kasat mata, pemangku kepentingan di dunia publikasi media massa berkaitan erat dengan ekonomi dan politik. Media massa pada umumnya dikooptasi oleh kepentingan kelompok pengusaha dan politikus. Pada tataran kehidupan bermasyarakat, jarang media massa menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat banyak. Terutama di level paling bawah. Biarpun kalangan media membutuhkan masyarakat, hanya sebatas sebagai sumber muatan media massanya belaka atau sekedar sebagai konsumsi produk media massa semata,” ungkap Wilson Lalengke.
Ia menyarankan kepada segenap wartawan News Metropol agar didalam melalukan peliputan untuk diberitakan hendaknya senantiasa memperhatikan kode etik jurnalistik. Lakukan cek and recek serta dalam pembuatan berita memperhatikan unsur 5 W + 1H.
Pada penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jurnalistik jajaran wartawan News Metropol, turut membawakan makalah masing-masing Mung Pujanarko dengan materi Menulis berita & Press Release, Dany PH Siagian dengan materi menulis feature & profil serta Imam Suwandi dengan materi Etika jurnalistik. Semua pemateri berasal dari Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI). (Bisman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar